Jumat, 16 Mei 2025

 Kesaksian Tatiana

Diterjemahkan dari Heaven Updates


Tatiana adalah seorang dokter dan dia tahu dari gejalanya bahwa dia dalam kondisi yang sangat buruk. Dia tidak ingin datang ke dokter, tetapi karena desakan dari suaminya dan rasa sakit yang tak tertahankan, dia akhirnya pergi ke dokter. Diagnosisnya adalah kanker otak dan metastasis. Pada saat operasi, dia meninggalkan tubuhnya. Dia berkata, saya menyadari bahwa cahaya cemerlang yang datang dari suatu tempat ini semakin mendekat ke arah saya. Semakin dekat cahaya itu datang, semakin saya menyadari bahwa ini bukan hanya cahaya, tetapi cahaya itu keluar dari sosok manusia. Sosok ini sangat indah, sangat cantik, seputih salju, dan sinar cahaya yang keluar darinya berwarna perak dan emas. Saya berpikir, "Ini pasti Yesus". 

Saya mengulurkan tangan saya dan berlutut lalu berkata, "Tuhan, kemuliaan bagiMU. Kemuliaan bagiMU, Tuhan. Saya datang ke sini.". Sosok ini kemudian berhenti dan berjalan sedikit ke belakang serta berkata, "Saya bukan Tuhan. Berdirilah dan jangan lakukan ini. Saya adalah malaikat. Saya adalah seorang utusan dan kau harus kembali". Tetapi saya tidak ingin kembali. "Aku tidak mau. Kau tidak tahu rasa sakit seperti apa yang kurasakan di sana. Di sana sangat jahat dan kotor. Aku tidak menginginkannya. Aku ingin pergi kepada Tuhan karena Yesus telah berkata bahwa Dia akan menyiapkan tempat bagi kita sehingga dimana Dia berada, kita juga berada di sana bersama-Nya (Yohanes 14:3). Aku ingin datang kepada Allah". Lalu malaikat ini berkata, "Baiklah, engkau akan berdiri di hadapan Tuhan. Ikutlah aku"- Akhir-akhir ini aku teringat kata-katanya. Dia (Malaikat Tuhan) tidak mengatakan bahwa saya akan melihat Tuhan. Dia hanya berkata, "Kamu akan berdiri di hadapan Tuhan"- Kemudian kami bergerak. Pada saat itu dengan kaki saya, saya dapat merasakan rumput di bawah saya. Rumput ini seperti beludru, sangat menyenangkan. Rumput ini membelai kaki saya.

Ketika saya keluar dari terowongan, ada sesuatu seperti tirai di depan saya berupa awan seperti uap atau kabut. Dari awan tersebut, saya melihat jiwa-jiwa lain keluar. Mereka mengenakan pakaian yang sangat indah dan bersinar terang, semacam pakaian festival. Mereka bersuka cita dan mereka berjalan dan pada saat itu, mereka melihat sesuatu yang tidak dapat saya lihat. Mereka berjalan ke depan. Saya sangat bahagia untuk mereka. Lalu tiba-tiba saya melihat sebuah jiwa yang telanjang bulat keluar dari tirai. Dia tidak memiliki apapun. Di dalam tubuh dan wajahnya sangat mengerikan. Apa yang orang ini lihat pastilah sesuatu yang mengerikan. Matanya terbuka lebar karena panik. Dia ingin berteriak tetapi saya tidak dapat mendengarnya, seolah-olah dia tercekik oleh teriakannya sendiri. Tiba-tiba muncul seperti cakar yang besar dan mereka mencengkeram siku dan kakinya dan menyeretnya kembali ke dalam awan itu. Saya membeku.

Malaikat itu muncul tepat di sebelah saya dan bertanya kepada saya, "Mengapa kamu tidak mengikutiku?" Saya menunjuk kepada sosok-sosok yang keluar dari awan itu dan saya bertanya kepadanya, "Katakan padaku, siapakah mereka?" Malaikat itu menjawab, "Mereka adalah anak-anak Tuhan. Mereka telah menyelesaikan tugas mereka di bumi dan sekarang mahkota kemuliaan sedang dipersiapkan untuk mereka. Mereka akan menghadap ke hadapan Allah". Sekali lagi saya melihat sesosok tubuh telanjang keluar dan semuanya diulangi seperti sebelumnya, dengan sebuah teriakan yang mati rasa, sosok ini juga ditarik kembali ke dalam awan. Lalu saya bertanya, "Bagaimana dengan mereka yang telanjang?", malaikat itu menjawab, "Mereka mengira mereka akan diselamatkan oleh perbuatan mereka sendiri, tetapi dosa mereka tidak akan melepaskan mereka. Mereka tidak dapat melewatinya karena mereka tidak menerima Yesus sebagai juru selamat mereka". Saya teringat akan ayat dalam Alkitab yang berbunyi: "Di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan selain daripada nama Yesus Kristus" (Kisah Para Rasul 4:12). Jadi, saya bertanya lagi kepada malaikat itu, "Apa yang akan terjadi pada orang-orang ini? Kemana mereka akan pergi?". Malaikat itu menjawab, "Jika Allah menghendaki, engkau akan melihatnya". Saya berkata, "Mengapa mereka telanjang?" Malaikat itu menjawab, "Mereka telah kehilangan kemuliaan Allah". Saya teringat bahwa saya pernah membaca dalam Alkitab bahwa pakaian orang benar adalah Kemuliaan Allah. Saya teringat beberapa ayat dari Alkitab dan ketika saya melihat semua hal di sekitar saya, saya berkata pada diri saya sendiri, saya membaca tentang ini. Saya tahu semua ini, tetapi mengapa saya tidak lebih memperhatikannya di bumi?

"Kita harus pergi", kata malaikat itu. Saya melihat diri saya sendiri dan saya berpakaian. Segala puji bagi Allah, Segala puji bagi Tuhan Yesus. Saya telah mengenakan pakaian. Saya sangat bersuka cita karena hal itu. Saya mulai melihat sekeliling. Semuanya begitu indah. Saya mulai bertanya-tanya, dari mana datangnya cahaya ini? Kami jauh lebih tinggi dari tempat matahari berada, tetapi cahaya ini tidak seperti matahari di bumi. Cahaya ini begitu lembut dan nyata. Saya siap bertanya kepada malaikat darimana datangnya cahaya ini, tetapi kemudian saya melihat sumbernya. Kami berhenti di depan tahta Allah. Saya begitu kecil dan tahta Allah begitu agung. Pakaian Allah tersembunyi dari saya. Saya hanya dapat melihat kakiNya di depan saya. PakaianNya hampir seperti awan di pagi hari ketika matahari belum terbit, tetapi awan-awan tersebut memberikan sentuhan warna keemasan dan memancarkan warna merah muda yang indah dan kemudian berkembang menjadi warna biru muda dan warna keemasan tersebut bersama dengan warna biru dan merah muda. Itu adalah warna yang sangat indah. Saya hanya menatap dan saya ingin mendongak dan melihat wajahNya, tetapi malaikat tersebut meletakkan tangannya di atas saya sehingga saya berlutut jatuh. Saya berkata, "Saya ingin melihat wajah Tuhan. Lepaskanlah saya.". Malaikat ini menjawab, "Tidak ada seorang pun dari mereka yang hidup di bumi yang pernah melihat wajah Allah". Ketika saya berkata, "Tetapi saya tidak berada di bumi. Saya berada di surga". Tiba-tiba saya mendengar sebuah suara, berkata "Tatiana, berapa lama lagi engkau akan menganiaya AKU? -Suara ini adalah suara yang sama yang berbicara kepada saya bertahun-tahun yang lalu. Suara yang sama yang menghibur saya ketika saya harus menguburkan anak pertama saya. Suara yang sama yang telah membawa keyakinan kepada saya selama kotbah- Ketika saya melihat sekeliling dan berpikir, "Oh, itu adalah kata untuk saudara ini atau saudara itu". Tetapi ternyata Tuhanlah yang mengatakannya kepada saya. Lagi, suara itu bertanya kepada saya, "Mengapa engkau belum kembali? Kau dengar ini belum waktunya bagimu". Saya berkata, "Tuhan, saya ingin bersamaMu. Saya adalah anakMu. Tuhan, jangan usir saya dari sini". Tuhan bertanya kepada saya, "Dan apa yang telah kamu lakukan untukKU?". Saya tidak mengharapkan pertanyaan seperti itu, sama sekali tidak. Maka saya berteriak, "Baiklah. Seluruh hidup saya ada di dalam Engkau. Saya telah memberikan seluruh hidup saya kepadaMU. Saya bernafas untukMU".-Tetapi kemudian saya menyesal. Akan lebih baik jika saya mengatakan dari sejak awal: Tuhan, saya belum melakukan apa-apa untukMU. Saya terlalu menyombongkan diri-  Lalu tiba-tiba dua malaikat membawa kitab kehidupan saya kehadapan Tuhan.

Pada awalnya saya melihat mereka membawa semacam gulungan kitab. Saya melihat bagaimana tangan Tuhan menutupinya dengan awan dan membuka meterainya. Kemudian mereka membuka gulungan kitab itu dan saya dapat melihat seluruh hidup saya dari saat saya datang kedalam kehidupan ini sampai saat saya pergi. Benar-benar seluruh hidup saya. Ketika saya mengatakan kepada Tuhan bahwa saya telah memberikan seluruh hidup saya kepadaNya, maka saya melihat seluruh hidup saya di sana. Saya melihat bahwa saya belum memberikan apa-apa kepada Tuhan. Saya tidak pergi ke pesta dan saya tidak pernah minum alkohol karena saya tidak suka tempat yang berisik. Saya tidak pernah merokok. Saya melihat bahwa saya tidak memberikan apapun kepada Tuhan. Saya hidup sebagaimana saya hidup. Saya mengunjungi gereja, merawat anak-anak sampai saat mereka tumbuh dewasa dan saya pergi bekerja. Hanya itu saja. Tuhan bertanya kepada saya, "Apa yang telah engkau lakukan untukKU?" Saya berkata, "Saya berdoa. Saya telah berdoa." Kemudian di sana, di surga, saya dapat melihat doa-doa saya seolah-olah berada di layar film. "Oh Tuhan, berikan, berikan, tolong, lakukan, beri saya hikmat, lindungi saya". Tuhan memberikan saya hikmat dan melindungi saya. Betapa sedikitnya yang ada untuk kemuliaan Allah. "Kemuliaan bagiMu, Tuhan. Terima kasih Tuhan" saya ucapkan terutama hanya di gereja saat altar call. -Ayo, kita bersyukur kepada Tuhan kita karena setiap orang memiliki sesuatu untuk disyukuri hari ini.- Saya bersyukur, tetapi hanya dengan cara ini: "Tuhan, terima kasih. Terima kasih. Terima kasih." Itu sebenarnya tidak ada nilainya di hadapan Tuhan. Itu hanya di permukaan. Saya mengulang-ulangnya seperti burung beo. Ada saat-saat ketika saya berkata, "Terima kasih Tuhan, Engkau telah mendengar doa-doa saya kemarin." Meskipun saya berpikir bahwa Tuhan tidak benar-benar menjawabnya. Tetapi kemudian saya melihat bahwa Dia benar-benar telah mendengarnya dan Tuhan benar-benar telah menjawabnya, tetapi tidak dengan cara yang saya inginkan. Saya melihat bahwa Dia selalu menjawab doa-doa kita dengan jawaban untuk kebaikan kita. Kemudian saya berkata kepada Tuhan, "Tuhan, saya telah membayar persepuluhan. Saya telah membayar persepuluhan." Tuhan menunjukkan kepada saya bagaimana saya melakukannya. Tuhan berkata kepada saya, "Engkau telah berusaha menggenapi hukum Taurat." Teman-teman yang terkasih, kini saya belajar arti persepuluhan yang sebenarnya. Persepuluhan bukanlah sesuatu yang bersifat materi seperti barang-barang berharga kita. Ini bukan tentang uang. Sebagian besar Allah menuntut waktu kita yang kita berikan kepadaNYA. Kemudian saya melihat Maleakhi maju dari belakang tahta. Bahkan sebelum dia mulai berbicara, saya tahu itu adalah Maleakhi. Dari mana pengetahuan semacam ini datang, saya tidak tahu. Maleakhi memegang sebuah buku ditangannya dan dia membaca, "Haruskah manusia merampok Tuhan?" dan saya berbisik, "Dengan cara apa saya merampokMu, Tuhan?" "Dengan persepuluhan dan persembahan (Maleakhi 3:8)". Saya telah melewatkan kata persembahan dalam hidup saya. Persembahan ini juga berarti waktu. Waktu.

Tuhan menunjukkan kepada saya bahwa saya tidak memberikan sepenuhnya waktu saya dan Tuhan menegur saya. "kamu mencoba untuk memenuhi hukum Taurat, tetapi apa yang telah kamu lakukan untuk AKU?" Saya kemudian menjawab, "Tuhan, saya membaca Alkitab. Saya membacanya." Kemudian seolah-olah layar besar menunjukkan saya sendiri sedang membaca Alkitab. Saya melihat diri saya sendiri di pagi hari ketika saya telah terlalu lama tidur dan merasa gugup. Di satu sisi, saya menggendong bayi saya dan berpikir, saya harus membaca satu pasal hari ini seperti yang diperintahkan oleh pendeta kami, setidaknya satu pasal di pagi hari dan satu pasal di malam hari. Lalu saya melihat diri saya berpikir: Tuhan, Mazmur 119 hari ini. Itu adalah Mazmur terpanjang dalam Alkitab. Tuhan, saya akan membaca Mazmur 150, yang pendek itu. Saya kemudian membaca Mazmur 150.  Tuhan berkata, "Aku telah berbicara kepadamu, tetapi kamu menutup telingamu. Aku menyuruhmu mempelajari Alkitab, tetapi kamu hanya membacanya. Saya berkata, "Saya tidah tahu, Tuhan. Saya tidak ingat apa yang saya baca." Tuhan berkata, "Apa yang AKU katakan kepada rasul Petrus dan saudaranya Andreas ketika Aku memanggil mereka untuk mengikut AKU?" Saya kemudian berkata, "Tetapi Tuhan, Engkau telah berbicara dan mengajarkan kepada mereka banyak hal selama 3 tahun". Perdebatan seperti ini adalah kebiasaan saya di dunia dan saya bahkan membawanya kehadapan Tuhan. Sekarang, malaikat itu mencoba menolong saya. Dia mencoba mendorong saya. Dia menatap saya dan berkata, "Ikutlah AKU dan AKU akan membuatmu", lalu saya menyelesaikan kalimatnya, "penjala manusia (Matius 4:19)". Saya sangat senang karena saya telah mengingat ayat itu. Ya. Tuhan lalu berkata, "Berapa banyak orang yang telah kamu bawa kepadaKU?". Saya membeku. 'Tunjukkan padaKu pekerjaanmu." Dengan panik, saya melihat tangan saya. Saya hanya mempunyai satu persediaan kecil berkas di tangan saya. Di tangan saya, saya hanya memiliki satu stok. "Apa kamu mengerti?". Sekarang saya bisa melihat sesuatu yang selama ini tersembunyi dari saya. Orang-orang lain ternyata juga berdiri di sana bersama saya dengan para malaikat memegang keranjang mereka yang penuh dengan buah-buahan dan orang-orang itu sendiri memegang berkas gandum (sheaf), banyak sekali berkas gandum (sheaf). Beberapa dari mereka hampir tidak dapat memegang banyak berkas gandum mereka. Satu jiwa sedang meletakkan satu tangkai di dasar tahta dan tiba-tiba di tangannya muncul tangkai yang lain dan kemudian ia meletakkannya lagi di sana. Saya hanya memegang satu tangkai ini. Saya merasa sangat malu.

Siapa yang diwakili oleh tangkai ini?Itu adalah suami saya. Saya memiliki lima anak yang ada di bumi ini. Saya pikir mereka berjalan bersama Tuhan. Saya pikir begitu. Seharusnya lima tangkai lagi di tangan saya, tetapi tidak ada. Saya tidak benar-benar mengajarkan anak-anak saya untuk mengasihi Tuhan. Saya mengajarkan kepada mereka untuk takut akan Tuhan. Kemudian, Tuhan menunjukkan kepada saya bagaimana saya telah menyeret anak-anak saya ke dalam gereja. DIA menunjukkan kepada saya bagaimana saya telah membuat mereka duduk di sana dengan paksa dan bagaimana saya telah berteriak kepada mereka. Saya melihat bagaimana anak-anak saya duduk di bangku pertama dan memperhatikan pendeta. Namun, dalam hati mereka, mereka membenci pendeta itu dan mereka membenci Tuhan. Ya, saya melihat hal itu semua di surga dan melihat bahwa anak-anak saya membenci Tuhan dan itu cara saya membesarkan mereka. Itulah sebabnya setiap anak saya membawakan saya cawan yang pahit. Saya harus meminum cawan ini bersama mereka semua. Hari ini anak-anak saya melayani Tuhan dan cucu-cucu saya juga melayani Tuhan hanya karena Tuhan memberikan hikmat kepada anak-anak saya dan mengajar mereka untuk mengasihi dan menghormati Tuhan. Namun karena didikan saya, saya sebenarnya telah membawa anak-anak saya ke titik dimana mereka mencoba mengakhirinya. Anak perempuan saya lari dari rumah. Anak saya yang lain ingin pergi ke Afganistan sebagai sukarelawan untuk berperang di sana. Semua ini harus saya jalani. Semua ini karena apa yang telah saya tanamkan dalam hidup mereka. Suami saya bukanlah seorang suami seperti apa yang saya pikirkan. Saya telah mengutuknya. Saya telah mengatakan kepadanya, "Kamu selalu berada di laut. Kamu tidak membesarkan anak-anak kita." Namun ternyata saya ditunjukkan bahwa itu adalah kesalahan saya. Saya merasa malu. Saya sangat malu. Setelah itu saya meminta maaf kepada anak-anak saya. Puji Tuhan, dia adalah seorang suami yang setia. Tiba-tiba saya mendengar sebuah suara. Suara ini adalah suara yang sangat menjijikkan. Dia hanya menertawakan semua perkataan saya dan dia berkata, "Berikan dia kepadaku. Ini dia buahnya di sini." Saya menoleh untuk melihat suara siapa itu dan ternyata Iblis ada di sana. Dialah yang telah membawa seluruh keranjang buah saya. Pakaiannya tidak terang, tetapi juga tidak hitam. Dia menutupi dirinya, tetapi matanya dipenuhi dengan kebencian. Dia mengawasiku dengan tatapan jahat. Dia memiliki hak untuk itu dan sekarang dia meminta hak itu. Katanya, "dia (Tatiana) melayaniku." Keranjang yang sebenarnya telah saya isi untuknya adalah hal-hal yang telah saya lakukan sejak saya mengakui dosa saya sampai saat kematian saya. Keranjang itu penuh dengan dosa-dosa saya. Dosa-dosa yang belum saya bertobat darinya. Saya takut. Saya mengerti bahwa bila saat ini Tuhan berkata ambil dia (Tatiana), itu akan menjadi benar. Itu akan menjadi benar. Saya mulai menangis. Air mata mengalir deras di pipi saya. Tuhan memegang kepala saya dan mengeringkan air mata saya dengan jariNYA. DIA berkata, "Jangan menangis, nak. Dosa-dosamu telah diampuni oleh anakKU." 

Tiba-tiba saya melihat skenario Golgota di depan mata saya. Saya melihat Golgota dan Yesus Kristus ada di sana saat IA menderita di bumi. Di dalam mataNYA saya melihat penderitaan seluruh alam semesta dan juga kasih yang luar biasa dan dengan penuh belas kasihan DIA menatap saya tetapi saya melihat diri saya sendiri di tengah kerumunan orang yang berteriak, "Salibkan DIA." Ya, itu adalah saya. Saya sangat terkejut. Saya berteriak salibkan DIA. Itu adalah saya yang berada di kayu salib itu dan saya mengangkat kepalan tangan saya melawan Tuhan. Saya berteriak, "Tuhan, bagaimana ini bisa terjadi? Saya bahkan belum hidup pada saat itu. Itu terjadi 2000 tahun yang lalu". Tuhan menjawab, "Tetapi dosamu ada di sana. Setiap kali kamu berbuat dosa, kamu menyalibkan DIA (Ibrani 6:6). "Karena mereka menyalibkan Anak Allah dan mempermalukan DIA di depan umum." Kemudian Tuhan menguatkan saya dan berkata, "Dengarkanlah." Lalu saya mendengarkan. "Seperti yang dikatakan Yesus Kristus kepada seorang wanita yang tertangkap basah berzinah, dosamu sudah diampuni. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi." Saya menjawab, "Saya tidak mau. Saya tidak akan berbuat dosa lagi." Kemudian Tuhan berkata, "Bagus sekali kamu sudah menyadarinya dan sekarang kamu akan kembali." Pada saat itu, Iblis telah lenyap.

Tuhan berkata, "Nak, kamu telah dibeli dengan harga yang mahal." Lalu saya menangis, tetapi Tuhan memegang kepala saya dan menghapus air mata saya dari mata saya. Saya merasakan tanganNYA. DIA berkata, "Kamu telah dibeli dengan harga yang mahal. Sebuah harga yang mahal telah dibayar untukmu. Kamu akan melihat sesuatu yang hanya sedikit orang yang pernah melihatnya. Kamu akan kembali dan kamu akan memberitahukan kepada orang-orang bahwa waktunya telah dekat untuk bertobat." Malaikat kemudian memegang tangan saya dan kami mulai berangkat dari tahta Allah. Saya melihat terlalu banyak hal. Saya berada jauh dari tubuh saya selama 72 jam dan 72 jam di surga hanyalah sesaat. Kami berjalan turun ke bagian bawah surga. Saya merasa sangat nyaman di sana sehingga saya tidak ingin meninggalkan tempat itu. Saya mulai melihat kota yang indah di mana terdapat banyak gerbang. Kami tiba di gerbang kota yang indah dan gerbang itu terbuka seperti bunga yang mekar. Gerbang itu terbuat dari mutiara dan ketika terbuka, saya melihat sebuah jalan yang terbuat dari emas murni. Gerbang itu ditutupi dengan semua jenis bunga yang eksotis dan begitu lembut sehingga saya ingin berdiri di sana selamanya hanya untuk menyaksikan gerbang ini dibuka. Ketika gerbang itu terbuka, saya melihat sebuah kastil surgawi. Malaikat kemudian berkata, "Ya, Yerusalem sorgawi dan DIA sedang menunggu. DIA sedang menunggu pengantinnya tiba di sana." Emas itu bukan emas biasa. Emas itu sangat murni. Batu-batu dan segala sesuatunya begitu murni. Saya tidak dapat mengalihkan pandangan saya dari mereka. Saya selalu ingin ke Paris dan melihat beberapa tempat pertunjukan seni yang terkenal. Nah, di sini saya melihatnya di surga. Saya ingat bahwa Salomo pun melihat sebuah bait suci dalam penglihatannya. Di sana saya mengerti bahwa Allah menunjukkan kepada orang-orang di bumi yang mengasihi DIA mengenai apa yang telah menanti mereka di surga.  Tanpa persahabatan dan hikmat Allah, mereka tidak akan dapat membuat sesuatu seperti ini.

Di surga, ada keindahan yang jauh lebih besar. Saya ingin masuk ke dalamnya tetapi malaikat itu berkata, "Tidak ada sesuatu yang najis yang akan masuk ke dalamnya. (Yesaya 52:1) Bangunlah, bangunlah. Kenakanlah kekuatanmu, hai Sion. Kenakanlah pakaianmu yang indah, hai Yerusalem, kota yang kudus. Sebab mulai sekarang tidak akan masuk lagi ke dalammu orang-orang yang tidak bersunat dan orang-orang yang najis (Wahyu 21:27). Dan tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang menajiskan atau yang melakukan kekejian atau yang membuat dusta, melainkan mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan ANAK DOMBA itu. " Saya melihat pakaian saya dan tiba-tiba saya dapat melihat beberapa noda. Saya tidak tahu dari mana noda-noda itu berasal. Kemudian pintu-pintu gerbang tertutup. Saya merasa sedih, sangat menyesal karena saya tidak melihat semua yang ada di dalam sana. Kami terus berjalan di jalan yang indah. Saya tertarik pada salah satu pohon buah. Saya tertarik karena di pohon itu, saya bisa melihat bunga-bunga dan juga buah yang matang pada saat bersamaan. Dan pohon itu mengeluarkan aroma yang begitu indah. Aromanya mengingatkan saya pada bunga mawar dan rasberi dan yang lain seperti kayu cendana. Saya ingin membengkokkan ranting dan melihat buahnya. Tapi begitu saya mengulurkan tangan, ranting itu membengkokkan dirinya dan meletakkan buahnya ke telapak tangan saya. Saya menghirup aromanya dan memuliakan Tuhan. Betapa hebatnya Engkau, Allahku. Saya tidah tahu namanya, tetapi mungkin tidak ada di bumi ini. Yang sangat aneh adalah ketika saya menghirup aromanya, saya tidak merasa lapar dan saya tidak merasakan keinginan untuk menggigit buah itu. Saya juga melihat bagaimana bunga-bunga tumbuh dari tanah -semua jenis bunga- dan kadang-kadang mereka akan naik dari tanah dan mulai terbang dan mereka akan bergabung bersama di udara menjadi satu tandan dan mereka akan terbang dan turun di kaki Tuhan. Saya melihat bumi kembali dan puji-pujian yang naik kepada Tuhan dari orang-orang yang menyanyikan pujian. Saya selalu ingin memiliki suara yang indah untuk memuji Tuhan dan saya telah meminta kepada Tuhan, "Tuhan, berikanlah saya suara yang indah agar saya dapat bernyanyi dalam paduan suara. Berikanlah saya telinga yang bisa mendengar musik," Tetapi DIA menjawab saya ketika saya berada di surga dan saya mengerti mengapa. Bahkan nyanyian saya yang tidak sempurna itu bagaikan sekuntum bunga kecil yang sedang mekar dalam pujian. Saya melihat puji-pujian itu berkumpul di dalam bunga ceri. Bunga itu lalu terbang dan berlutut di hadapan Tuhan dan DIA mulai memberkatinya. Ketika saya berjalan pergi, saya terus menoleh ke belakang. Malaikat itu menyentuh saya dan berkata, "Lihatlan ke depan, bukan ke belakang." Tetapi ketika saya melihat ke belakang dalam ketidaktaatan saya, saya tidak dapat melihatnya lagi karena ada cahaya yang begitu terang. Saya bersukacita dan berkata kepada Tuhan, "Saya tidak membutuhkan suara yang indah seperti yang Tuhan berikan kepada beberapa orang untuk memujiNYA. Biarlah semua orang memujiNYA, bahkan mereka yang tidak memiliki suara yang indah, Tuhan menyukainya. Itu adalah aroma yang menyenangkan bagi Tuhan. 

Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan buah yang saya pegang, tetapi saya tidak sedih karena ketika kami berjalan lebih jauh, saya dapat melihat buah-buahan yang lebih menarik dan lebih indah. Kami berjalan ke sebuah hutan di mana setiap daun di pohon memuji Tuhan. Ada sebuah lonceng yang berbunyi  dan bernyanyi, "Hosana, Hosana." Lonceng itu naik kepada Tuhan dan segala sesuatu bersuka cita dan memuji Tuhan. Saya melihat lautan yang berkaca-kaca seperti yang dilihat oleh Yohanes dan yang ditulisnya dalam kitab Wahyu. Saya melihat bahwa lautan itu tidak benar-benar seperti kaca. Itu bahkan lebih transparan dan merupakan substansi yang jauh lebih indah daripada air. Malaikat itu berkata, "Inilah tempat pengantin perempuan. Mempelai laki-laki telah menyediakan tempat baginya (Wahyu 21:2)." Di atasnya ada awan yang sangat terang, seakan-akan tabir pengantin perempuan dan itu adalah tabir pengantin perempuan. Oh, betapa indahnya ketika gereja sebagai pengantin wanita akan berdiri di atas lautan kaca. Saya sangat menyukainya sehingga saya ingin berada di sana dan menunggu gereja tiba di sana. Tetapi malaikat itu berkata, "Kesombonganmu dapat menghancurkanmu." Saya berkata dengan pelan, "Tuhan, ampunilah saya." Kami berjalan di atas rumput yang membantu saya berjalan. Kaki saya tidak merasa lelah. Mereka terbenam dalam rumput basah yang lembut yang membelai kaki saya dan saya merasa begitu ringan dalam segala hal dan bersuka cita. Kami terus berjalan dan mendatangi banyak tempat yang berbeda. Amin. Kiranya kasih karunia menyertai kita semua yang memiliki Yesus Kristus sebagai tuan. Amin.

Selasa, 27 Oktober 2015

Akuntansi Merupakan Alat, Bukan Hukum

Akuntansi sebagai alat (bukan hukum)

Akuntansi merupakan alat yang membantu pengguna untuk memahami posisi keuangan dari organisasi (baik yang berorientasi pada laba maupun yang tidak berorientasi pada laba). Akuntansi bukan merupakan suatu hukum. Sebagai contoh, bila anda memiliki usaha kecil yang anda kelola sendiri. Tidaklah menjadi persoalan bila anda mencatat penerimaan dan pengeluaran uang di dalam kolom yang sama (meskipun persamaan akuntansi “berkata” bahwa anda seharusnya mencatatnya di sisi yang berbeda), sepanjang anda mampu untuk membedakan yang mana termasuk dalam penerimaan uang dan yang mana termasuk dalam pengeluaran uang. Anda tidak akan dipenjara hanya karena anda tidak mengikuti persamaan akuntansi tersebut.

Selain itu, tidak ada kondisi “benar dan salah” yang pasti dalam akuntansi. Laporan laba dan rugi sebuah perusahaan menunjukkan bahwa terdapat Rp 1.000.000,- yang digarisbawahi. Apakah garis bawah ini termasuk benar atau salah? Anda menggali setiap angka untuk mendapatkan jawabannya, dan anda menemukan bahwa persediaan yang dipakai lebih tinggi Rp 200.000,- dari “seharusnya”. Pertanyaan berikutnya adalah sistem akuntansi biaya apa yang anda gunakan untuk menghitung? Anda berkata, anda menggunakan “FIFO” sebagai contoh. Bagaimana jika akuntan anda menggunakan perhitungan secara fisik? Dalam akuntansi terdapat bermacam-macam standar untuk digunakan, dan setiap orang (organisasi) dapat memilih satu macam standar asalkan konsisten dalam penerapannya. Jadi point terpenting yaitu “Bukan Benar atau Salah”, tetapi “Wajar atau Tidak Wajar”. Itulah sebabnya mengapa akuntan menerbitkan opini (bukan penetapan).

Berikut ini penjelasan lebih komprehensif mengenai asumsi, prinsip-prinsip, dan batasan-batasan yang digunakan dalam akuntansi:

Dasar Akuntansi: Asumsi, Prinsip, dan Batasan

Kembali ke pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas (uang). Jika anda mencatat semuanya dalam kolom yang sama, tidaklah menjadi masalah. Pada akhir bulan, anda dapat mengetahui apakah usaha anda menghasilkan laba (keuntungan) atau tidak. Bagaimana jika anda memiliki ribuan transaksi dalam satu bulan? Bagaimana jika anda memiliki 10 juta transaksi? Anda tentunya memerlukan sebuah alat untuk mengatur pencatatan keuangan anda. Di situlah akuntansi digunakan.



Sumber: http://accounting-financial-tax.com





Rabu, 22 Juli 2015

PTKP 2015

PTKP 2015

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak Tahun 2015 sesuai dengan PMK Nomor 122/PMK.010/2015 adalah sebagai berikut:
Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan   keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

● Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008;

● Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
Dengan demikian, bila penghasilan per bulan sampai dengan Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) tidak dikenakan pajak.
Peraturan PMK ini mulai berlaku pada tahun pajak 2015.